METRO ONLINE Palopo - Warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIA Palopo menjalani skrining active case finding (ACF) penyakit Tubercolosis (TBC), Rabu 20/09.
Skrining ini dilakukan mengingat Lapas merupakan tempat yang rentan terhadap penularan penyakit tersebut.
Kepala Lapas Palopo, Jhonny H Gultom menyatakan, skrining ACF TBC itu merupakan program dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Pihak Lapas bekerjasama dengan Puskesmas Bara Permai Kota Palopo dan Dinas Kesehatan Palopo yang juga bekerja sama dengan tim vendor X-Ray Tirta Medical Center.
"Metode skrining yang yang digunakan adalah Intervensi Chest X Ray (rontgen dada)," jelasnya,
Skrining TBC dengan intervensi rontgen dada ini untuk mengoptimalkan angka temuan kasus TBC secara aktif dan masif. Khususnya pada kelompok komunal yang berisiko tinggi terhadap penularan.
Kasi Binadik, Baso Hafid mengatakan bahwa Setiap WBP, menjalani tiga tahapan pemeriksaan. Antara lain skrining gejala, skrining CXR dan pemeriksaan TCM.
"Skrining gejala dilakukan secara mandiri oleh petugas kesehatan Lapas Palopo,” jelas dia.
Pelaksanaan skrining diikuti oleh seluruh warga binaan lapas palopo ini berlangsung selama lima hari. Seluruh biayanya, ditanggung pemerintah.
Jika ada Warga Binaan yang terindikasi terinfeksi TBC, maka akan dilakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut. Mereka juga akan ditempatkan di kamar khusus untuk perawatan selanjutnya.
"Sehingga memudahkan perawatan dan pengobatan, serta mencegah penularan pada Warga Binaan yang lain,” ungkap Baso.
Menurutnya, Lapas menjadi salah satu lingkungan yang rentan terhadap penularan TBC. Sebab Lapas selalu penuh bahkan over kapasitas. Selain itu, masa kebersamaan dari WBP terbilang cukup lama.
Kalapas menegaskan, Lapas Palopo berkomitmen mendukung program pemerintah memutus rantai penularan penyakit TBC. Khususnya di lingkungan lapas.
"Asal patuh terhadap prosedur pengobatan, penyakit TBC bisa disembuhkan,” pesan Kalapas.
Editor : Muh Sain